- Bale Pawedaan
- Bale Agung
- Bale Kawas
- Bale Pasamuhan Agung
- Bale Papelik
- Padmasana Tiga
- Bale Tegeh Mpu Pradah
- Bale Papelik Sang Hyang Siyem
- Meru Tumpang-11
- Meru Tumpang-9
- Piasan Alit
- Palinggih Babaturan
- Bale Kembang Sirang
- Bale Gong
Mandala Kedua
Mandala kedua ini adalah tempat umat berinteraksi dengan Tuhan. Umat mempersembahkan ketulusan bakti, dan Tuhan akan menerima persembahan itu. Karena itu segala bentuk upacara dipusatkan di sini. Inilah Mandala yang menggambarkan peradaban (social life) manusia.
Unsur- unsur dari Mandala Kedua ini anatara lain adalah:
A. Kori Agung – Gelung Agung
Gelung Agung atau Kuri Agung, yaitu pintu untuk keluar masuk ke Mandala Kedua dan mandala- mandala di atasnya.
B. Bale Mundar-mandir atau Bale Ongkara
Bale Mundar-mandir atau Bale Ongkara terletak di sebelah kanan kiri Candi Kurung, dimaksudkan sebagai pengingat kepada umat yang akan memasuki Kori Agung untuk terlebih dahulu mengheningkan pikiran sejenak menyatukan konsentrasi pada kesucian, karena ia akan mulai masuk ke halaman Pura Penataran Agung. Bangunan Bale ini bersaka tunggal, sangat artistik.
08. Bale Pawedaan
Bale Gajah atau Bale Pawedaan, yaitu tempat yang disediakan bagi para sulinggih yang akan melakukan pemujaan.
09. Bale Agung
Bale Agung, yaitu sebuah Balai Panjang yang disediakan untuk tempat paruman atau bersidang dan pare rohaniawan yaitu para sulinggih dan para walaka.
10. Bale Kawas
Bale Kawas atau Gedong Kawas, penyimpanan sementara untuk bahan baku sesajen.
11. Bale Pesamuan Agung
Pesamuan Agung, ialah sebuah balai panjang dimana terdapat Çiwa Lingga dan tempat stana arca arca prelingga. Di tempat ini Ida Bhatara berstana bersama dalam interaksi dengan umat. Di sebelah kiri Balai Pesamuan terdapat Pelinggih Sang Hyang Ider Bhuwana. Dua pelinggih ini memiliki hubungan yang sangat erat dalam menggambarkan keberadaan kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa di alam semesta ini.
Di Balai Pesamuan itu sebagai tempat upacara yang melukiskan berkumpul dan bersatunya semua dewa manifestasi Tuhan Yang Maha Esa yang dipuja di kompleks Pura Besakih, baik yang ada di Pelinggih Soring Ambal-Ambal maupun di Pelinggih Luhuring Ambal-Ambal. Upacara yang melukiskan semua Dewa manifestasi Tuhan berkumpul di Balai Pesamuan itu umumnya dilakukan saat ada upacara Batara Turun Kabeh.
Kata Batara Turun Kabeh artinya semua Dewa manifestasi Tuhan yang disebut Batara itu turun dan bersatu untuk memberikan anugerah kepada umatnya yang berbakti kepada Tuhan. Upacara Batara Turun Kabeh ini dilakukan setiap tahun pada Sasih Kedasa.
Saat dilangsungkan upacara Batara Turun Kabeh itu simbol-simbol sakral yang utama yang ada di semua kompleks Pura Besakih itu diusung secara ritual dan distanakan di Balai Pesamuan. Hal ini menggambarkan bahwa para Dewa bersatu untuk memberikan karunia pada umat sesuai dengan kadar karma dan baktinya. Hal ini sesungguhnya sangat menarik untuk dipahami secara teologi Hindu.
Agama Hindu mengajarkan bahwa Tuhan itu esa tetapi kemahakuasaan Tuhan itu tiada terbatas. Manusia tidak mungkin dapat memahami dan mampu memuja Tuhan dengan semua kemahakuasaan-Nya. Dalam ajaran Hindu Kemahakuasaan Tuhan itu disimbolkan ada di seluruh penjuru. Artinya ada di delapan penjuru angin dan tiga di tengah yaitu bawah, tengah, dan atas. Tidak ada penjuru alam ini tanpa kehadiran Tuhan. Seluruh penjuru itu dilambangkan menjadi sebelas penjuru tersebut.
Seluruh penjuru itu kalau dihubungkan dengan suatu garis akan melingkar bulat. Karena itu Bhuwana Agung itu dilukiskan sebagai Pelinggih Ider Bhuwana stana Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu di kiri Balai Pesamuan ada Pelinggih Ider Bhuwana di Penataran Agung Besakih. Seluruh dewa manifestasi Tuhan itulah yang dipuja di Balai Pesamuan saat ada upacara Batara Turun Kabeh. Hal ini sebagai suatu upacara untuk mengingatkan umat Hindu agar dalam segala aspeknya kehidupannya selalu berpedoman pada penguatan spiritual yang bersumber dari ajaran agama sabda Tuhan.
Balai Pesamuan juga sebagai simbol Ida Batara turun menjumpai umatnya. Melakukan pesamuan agar sweca yang dianugerahkan sesuai dengan baktinya umat dan masineb untuk kembali ke Luhuring Akasa.
Pelinggih Ider Bhuwana itu melukiskan bahwa di bumi yang bulat inilah Tuhan itu maha ada. Karena itu, bumi yang bulat ini harus dijaga kelestariannya dengan berbuat suci agar bumi ini tidak kotor.
12. Bale Papelik
Bale Papelik, yaitu tempat menaruh sesaji. Persembahan untuk Ida Bhatara Ider Bhuana, manifestasi Ida Hyang Widdhi Wasa sebagai kekuatan yang melingkupi seluruh jagad raya.
13. Padmasana Tiga
Yaitu Kahyangan Tri Purusa masing-masing Çiwa, SadaÇiwa dan ParamaÇiwa. Padma Sana Tiga ini inilah pusat dari seluruh aktifitas dan kemulyaan di Pura Penataran Agung Besakih.
14. Bale Tegeh Linggih Mpu Pradah
Bale Tengah, tempat pemujaan pada Mpu Peradah atau Mpu Baradah, seorang pendeta suci dari abad XI. Disebut juga Rabut Peradah.
15 Bale Pepelik Sang Hyang Siyem
Bale Pepelik, tempat pemujaan-pada Ida Ratu Sanghyang Siyem, junjungan para penolak hujan (juru terang).
16. Meru Tumpang 11
Meru tumpang 11 tempat pemujaan pada Ida Bhatara Manik Makentel atau Ratu Manik Maketel, sebagai penguasa daya penggerak atau enerji.
17. Meru Tumpang 9
Meru tumpang 9, tempat pemujaan Ida Bhatara Bagus Kubakal. Beliau adalah pelindung kesucian bahan baku sesajen dan sarana upacara.
18. Piasan Alit
Piasan alit tempat sesaji.
19. Palinggih Bebaturan
Palinggih Bebaturan tempat pemujaan kepada Bhatara Sila Majemuh, penguasa atas musim dan keteraturan cuaca.
20. Bale Panggungan Kembang Sirang
Panggungan, yaitu tempat sesaji atau bebanten. Sebuah bale besar bersaka 16 tempat dilakukannya upacara Mapeselang.
21. Bale Gong
Bale Gong, balai tempat menabuh gambelan. Dulu tempat ini dipakai untuk menjamu raja, keluarganya atau pangreh praja yang lain. saat mereka berkunjung ke pura.
Bale Piasan
Bale Piasan, tempat menghias pretima-pretima.
Pages: 1 2