4 Bhuwana sangksepa
Lontar ini memuat uraian Bhatara Siwa kepada isterinya Bhatari Uma dan puteranya Sang Kumara dalam 87 sloka dan terjemahannya ke dalam bahasa Jawa Kuna. Isinya antara lain mengenai proses penciptaan alam semesta.
Prosesnya adalah demikian:
- Pertama yang ada hanyalah “Surya”, Dari Surya lahirlah matra nada
- Kemudian lahir bindu, ardhacandra dan wiswa
- Seterusnya lahirlah tryaksara, panca brahma, pancaksara dan swara-wyanjana yang merupakan badan dari dewa-dewa dalam pengider – ider.
Kemudian diuraikan pula mengenai Sapta loka:
- Bhur loka atau manusa loka
- Bhuwah loka atau Candra-ditya
- Swah loka atau Wisnu loka
- Mahaloka atau Brahma loka
- Jana loka atau Rudra loka
- Tapa loka atau Maha dewa loka
- Surya loka atau Siwa loka yang dikaitkan dengan badan manusia.
Di samping itu juga diuraikan tentang Sapta Patala, Sapta Dwija, Sapta Arnawa dan Sapta Tirtha yang semuanya dikaitkan dengan bagian-bagian tertentu dalam tubuh manusia.
5 Sanghyang Mahajnana
Lontar ini terdiri dan 87 sloka dengan terjemahannya ke dalam bahasa Jawa-Kuna yang memuat penjelasan Bhatara Siwa kepada puteranya Sang Kumara.
Isinya antara lain tentang yang disebut “maturu” yaitu dasendrya dan yang disebut “matanghi” yaitu wayu dan teja; Tentang purusa dan prakrti, Siwa lingga, bahya lingga atma lingga. Kemudian tentang Saptapada yaitu : Jagrapada, Susupta pada, Swapnapada, Turyapada, turyantapada, Kewayapada, Paramakewalyapada.
Konsepsi mengenai Trimurti : Brahma, Wisnu, Maheswara, diuraikan dengan jelas yaitu tiga badannya dari Yang Tunggal. Keutamaan Sanghyang Ongkara dalam kaitannya dengan “kamoksan” serta peranan hati juga ada diuraikan dalam lontar ini.
Dalam lontar ini ada hal yang khas, yaitu bahwa setiap penjelasannya didahului dengan semacam teka-teki, seperti misalnya: apa yang merupakan api dalam air, apa yang dimaksud matahari terbit di malam hari, dan sebagainya
6 Tatwajnana
Kalau dalam lontar Bhuwanakosa, Wrhaspati-Tattwa, Ganapati Tattwa, Bhuwana sangksepa, Sanghyang Mahajnana, ada teks atau sloka Sansekerta maka dalam lontar Tattwa-jnana ini hal itu tidak ada sama sekali. Seluruh uraiannya berbahasa Jawa-Kuna dalam bentuk uraian berupa dialog seperti pada lontar-lontar terdahulu.
Isinya pada prinsipnya sama dengan isi Wrhaspati Tattwa yang akan diuraikan kemudian, hanya kadang kala ada perbedaan istilah. Misalnya saja kalau dalam Wrhaspati-Tattwa Rwa-bhineda tattwa itu terdiri dari Cetana dan Acetana maka dalam lontar ini disebut Siwa Tattwa dan Maya Tattwa disamping juga istilah Cetana dengan Acetana itu juga dipakai. Yang disebut Siwatma-tatwa dalam Wrhaspati-tattwa, maka dalam lontar mi disebut Atmika tatwa. Demikian pula istilah Dura sarwajna dalam Wrhaspati-Tattwa dalam lontar ini disebut Duratma.
7 Wrhaspati-Tattwa
Lontar ini cukup populer di kalangan para peminat sastra dan agama.
Isinya menguraikan tentang dialog antara Bhagawan Wrhaspati dengan Bhatara Siwa di puncak gunung Kailasa yang disajikan secara sistematis; ada teks Sansekerta dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa-Kuna.
Disebutkan bahwa ada 2 azas yang menjadi sumber segala. Kedua unsur itu adalah: Cetana dan Acetana. Cetana maupun Acetana ini bersifat gaib (suksma). Cetana adalah azas kesadaran dan Acetana adalah azas ketaksadaran. Cetana dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu Paramasiwa-tattwa, Sadasiwa-tattwa, dan Siwa-tattwa. Pertemuan Cetana dan Acetana itulah melahirkan antara lain Pradhana-tattwa, Triguna-tattwa, Triantah karana, Panca budindriya. Panca karmendriya. Panca tan matara, dan Panca Mahabhuta. Selain itu lontar ini juga banyak menguraikan mengenai ajaran yoga.
Isi lontar Wrhaspati-Tattwa dekat dengan ajaran Samkhya dan Yoga.
Pages: 1 2