Beberapa kutipan Upanisad

Upanishad

1. BRAHMAN, YANG TUNGGAL DAN SUMBER SEGALANYA.
(Chandogya Upanisad II.6.1) : 

asan eva sa bhavati, asad brahmeti veda cet, asti brahmeti ced vedam santam enam tato viduh, tasyaisa eva sarira atma, yah purvasya, athato anuprasnah, uta avidvan umum lokam pretya kascana gacchati u, aho vidvan amum lokam pretya, kascit samasnuta u; so’kamayata, bahu syam prajayeyeti, sa tapo ‘tapyata, so tapas taptva, idam sarvam asrjata, yad idam kim ca, tat srstva tad evanupravisat, tad anupravisya sac tyac ca abhvat, niruktam caniruktam ca, nilamayam canilayanam ca, vijnanam cavijnanam ca, satyam canrtam ca, satyam abhavat, yad idam kim ca, tat satyam ity acaksate, tad apy esa sloka bhavati

Tiada-keberadaan-lah sesungguhnya jadinya bagi seseorang yang mengerti Brahman sebagai yang bukan-oknum. Apabila seseorang mengerti bahwa Brahman adalah apa yang ada sekarang, hal seperti itu orang mengartikannya sebagai keberadaan. Inilah sesungguhnya jiwa yang terwujud dan “yang terdahulu”.

Sekarang pertanyaan berikut. Apakah orang tidak tahu, ketika berpisah dari kehidupan ini, pergi ke dunia sana? Atau: Apakah ada seseorang yang mengerti, setelah meninggalkan dunia ini, mencapai dunia itu?

Dia (Jiwa Maha Tinggi) menginginkan sesuatu. Coba aku menjadi banyak. Cobalah aku lahir. Dia melakukan tapa. Setelah menjalankan tapa, dia menciptakan semua ini, apa saja yang ada di sini? Setelah menciptakan hal ini, dia kemudian memasukinya. Setelah memasukinya dia menjadi yang sesungguhnya dan yang di luar, yang bisa diukur dan yang tidak bisa diukur, kedua-duanya baik yang punya dasar maupun yang tidak, yang punya kecerdasan dan yang tidak, yang benar dan yang tidak benar, sebagai yang nyata dia menjadi apa saja yang ada di sini. Itulah sebabnya di sebut yang nyata.

Mengenai hal itu ada juga sloka berikut :

2. BERBAGAI DEWATA DAN SATU BRAHMAN
(Brhadaranyaka Upanisad III.9.1-9).  

Mantram 1:

Athatha hainam vidagdhah sakalyah papraccha : kati devah, yadnawalkya, iti, sa haitayaiva nivida pratipede, yavanto vaisva devasya nividy ucyante; trayas ca tri ca sata, trayas ca tri ca sahasreti, aum iti, hovaca, katy eva devah, yajnavalkya, iti, trayas trnusad iti. hovaca, katy eva devah, yajnavakya iti. sad iti. aum iti. hovaca, katy eva devah, yajnavakya iti. aum iti. hovaca, yajnawalkya iti. dvav iti. aum iti. hovaca, katy eva devah, yajnawalkya, iti. adhyardha iti. aum iti. hovaca, katy eva devah, yajnavalky iti. eka iti. aum iti. hovaca katame tetrayas ca tri ca sahasreti.

Kemudian Vidagdha Sakalaya bertanya kepadanya: “Ada berapa banyak di sana, Yajnavalkya?”. Dia menjawab dengan nivid berikut. “Sebanyak yang disebutkan dalam nivid (pujian kepada dewata) dari kidung pujian kepada Visva devas, yaitu sebanyak 303 dan 3003”. Dia bertanya lagi: “Ya tetapi berapa banyak dewata di sana Yajnavalkya?” “Tiga puluh tiga.” “Ya. tetapi berapa banyak dewata di sana Yajnavalkya?” “Enam” “Ya, tetapi berapa banyak dewata di sana. Yajnavalkya?” “Tiga” “Ya, tetapi berapa banyak dewata di sana.Yajnavalkya?” “Dua” “Ya, tetapi ada berapa dewata di sana, Yajnavalkya?” “Satu setengah” “Ya, tetapi ada berapa dewata di sana, Yajnavalkya?” “Satu” “Ya, tetapi di mana yang 303 dan 3003 itu?”

Mantram 2:

sa hovaca, mahimana evaisam ete, trayas trimsat tv eva deva iti. katame te trayas trimsad iti. atau vasavah ekadasa rudrah, dvadasadityah, te ekatrmsat indras caiva prajapatis ca trayatrimsav iti.

Yajnavalkya menjawab: “Jumlah tersebut adalah hanya perwujudan dari mereka saja, sebenarnya jumlah mereka ada 33 dewata.” “Apa sajakah yang 33 ini?” “Kedelapan Vasu, kesebelas Rudra, dan kedua belas Aditya, semuanya menjadi 31, Indra dan Prajapati maka semuanya menjadi 33”.

Mantram 3:

katame vasava iti. agnis ca prthivi ca vayus cantariksam cadityas ca dyaus ca candramas ca naksatrani ca. etevasavah etesu hidam sarvam hitam iti, tasmad vasava iti.

Yang manakah para Vasu? “Api, bumi, udara. langit, matahari, surga, bulan dan bintang-bintang inilah para Vasu, karena pada merekalah semuanya ditempatkan: karena itu mereka disebut Vasu”.

Mantram 4:

katame rudra iti. daseme puruse pranah atmaikadasah: te yadasmat sariran martyad utkramanti, atha rodayanti. tad yad rodayanti, tasmad rudra iti.

Yang manakah para Rudra? “Kesepuluh nafas dalam diri seseorang dengan pikiran sebagai yang kesebelas. Ketika nafas-nafas ini terpisah dari badan yang fana ini, mereka menyebabkan kita (keluarganya) menangis. Karena mereka menyebabkan kita menangis, mereka disebut Rudra”.

Mantram 5:

katama aditya iti. dvadasa vai masah samvatsarasya. eta adityah, ete hidam sarvam adadana yanti: teyad idam sarvam adadana yanti, tasmad aditya iti,

Yang manakah para Aditya? “Sesungguhnya dua belas bulan dalam setahun, inilah para Aditya, sebab mereka bergerak dengan membawa semuanya ini. Karena mereka bergerak membawa semuanya ini maka disebut Aditya”.

Mantram 6:

katama indrah, katamah prajapatir iti. stanayitnur evendrah, yajnah prajapatir iti. katamah stanayitnur iti. asanir iti. katamo yajna iti. pasava iti.

Yang mana Indra? Yang mana Prajapati? “Indra adalah guntur dan Prajapali adalah yajna”. “Yang mana guntur?” “Petir”, “Yang mana yajna?” “Binatang-binatang (kurban persembahan)”.

Mantram 7:

katame sad iti. agnis ca pryhivi ca vayus cantariksam cadityas ca dyaus c, ete sat; ete hidam sarvarn sad iti.

Yang mana yang enam? “Api, bumi, udara, langit, matahari dan surga, inilah yang enam, sebab yang enam itu adalah semuanya ini”.

Mantram 8:

katame te trayo deva iti. ima eva trayo lokah esu hime sarve deva iti. katamau tau dvau devau iti. annam caiva pranas ceti katamo’dhyardha iti. yo yam pavata iti.

Yang manakah ketiga dewata? “Mereka sesungguhnya adalah ketiga dunia, sebab di dalam ketiga dunia-dunia ini semua dewata berada.” “Yang manakah kedua dewata?” “Makanan dan nafas.” “Yang mana satu setengah?”
“Yang satu di sini yang meniup angin”.

Mantram 9:

tad ahuh, yad ayam eka ivaiva pavate, atha katham adhyardha iti. yad asminn idam sarvam adhyardhnot tenadhyardha iti. katama eko deva iti. prana iti, sabrahma, tyad ity acaksate

Mengenai hal ini beberapa orang berkata bahwa karena dia yang meniup layaknya seperti satu, bagaimana mungkin dia satu setengah? Jawabnya adalah, sebab pada dia (ketika ia meniup) semuanya ini menjadi berkembang. Yang manakah Dewata yang Tunggal? “Nafas. Dialah Brahman. Mereka menyebutkannya tyat (itu)”.

3. BHRGU MENYELIDIKI BRAHMAN.
(Taittiriya Upanisad III.1.1).  

bhrgut vai varunih, varunam pitaram upasasara,adhihi bhagavo brahmeti, tasma etat provasca, annam pranam caksus srotram mano vacam iti.tam hovaca, yato va imani bhutani jayante, yena jatani jivanti, yat prayanti abhisamvisanti tad visa tapo’ tapyata, sa tapas taptva.

Bhrgu, putra Varuna, mendekati ayahnya dan berkata: “Junjunganku ajarkanlah Brahman kepada hamba”.
Beliau menjelaskan: benda yang hidup, penglihatan, pandangan, fikiran, wicara.
Beliau berkata lebih Jauh: “Itu sesungguhnya, dari mana makhluk-makhluk ini dilahirkan dan dari mana sejak lahir mereka hidup, memasuki apa ketika mereka pergi. Itulah yang ingin diketahui. Itulah Brahman”.

4. ATMAN ADALAH IMMANENT DAN TRANSENDEN
(Katha Upanisad II.2.9-15).  

Mantram 1:  

Agnir yathaiko bhuvanam pravisto rupam-rupam pratirupo babhuva,
ekas tatha sarva bhutantar atma rupam-rupam prati rupo bahisca.

Bagai api yang memang satu saat memasuki dunia ini menjadi berbagai macam bentuk sesuai dengan obyek (yang dibakarnya), demikian pula Atma yang satu ini menjadi berbagai bentuk sesuai dengan apa yang dimasukinya, dan juga tetap berada di luar semua itu.

Mantram 2:  

vayur yathaiko bhuvanam pravisto rupam pratirupo babhuva ekhas tatha sarva- bhutantar atma rupam prati rubhis ca

Bagaikan juga udara yang satu, masuk ke dalam dunia ini dan menjadi berbagai bentuk sesuai dengan obyek yang dimasukinya, demikian juga Atman yang satu dalam semua makhluk menjadi berbagai macam sesuai dengan apa yang dimasukinya dan juga tetap berada di Iuar semuanya.

Mantram 3 :

suryo yatha sarva lokasya caksur na lipyate cakbahya dosaih ekas tatha sarva bhutantar atma na lipyate loka duhkena bahyah.

Bagaikan juga matahari, yang merupakan mata dari seluruh dunia, tidak dikotori oleh keburukan-keburukan luar yang dilihat oleh mata, demikian juga Yang Satu di dalam setiap makhluk tidak dicemarkan oleh penguasaan dunia, sebab dia berada di luarnya.

Mantram 4 :

eko vasi sarva-bhutantar-atma ekam bijam bahudhayah karoti. tam atmastham ye’nupasyanti dhiras tesam sukham sasvatam netaresam

Yang satu, penguasa semuanya. atman dari semua benda yang membuat dirinya yang tunggal menjadi jamak, kepada yang arif yang mengerti bahwa dia bersemayam pada jiwa, kepada merekalah suka cita yang kekal (ananda) dan bukan kepada yang lain.

Mantram 5 :

nityo’nitvanam cetanas cetananam eko bahunam yo.vidadhati kaman,
tam atmastham yenupasyanti dhirah; tesam santis sasvati, netaresam.

Yang satu kekal di antara yang cepat berubah, yang sadar di antara yang sadar, yang tunggal di antara yang jamak, yang mengabulkan keinginan-keinginan mereka, kepada yang arif yang mengerti tempat-Nya pada jiwa, kepada merekalah ada kedamaian abadi dan bukan kepada yang lain.

Mantram 6 :

tad etad iti manyante’nirdesyam paramam sukham, katham nu tad vijaniyam kimu bhati vibhati va.

Inilah dia yang dengan demikian mereka mengenalnya, kebahagiaan Maha Tinggi yang tidak bisa dijelaskan. Bagaimana aku bisa mengetahui hal ini? Apakah dia bersinar (sendiri) atau apakah dia bersinar (karena memantulkan sinar)?

Mantram 7 :

na tatra suryo bhati, na candra-tarakam, nema viayuto bhanti, kuto’yam agnih; tam eva bhantam anubhati sarvam tasya bhasa sarvam idam vibhati.

Matahari tidak bersinar di sana, tidak juga bulan dan bintang, kilat ini tidak bersinar, jadi di manakah adanya api ini? Semuanya bersinar sesudah sinar itu, Sinarnya menyinari semua dunia ini.

Buka Semua | Tutup Semua

Kredit : ilustrasi diambil dari http://www.rnarayanaswami.net/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *