Raja Purana Pura Luhur Pucak Kembar

PENDAHULUAN

Pura Luhur Pucak Kembar yang berlokasi di Desa Adat Pacung, kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan yaitu di sebelah selatan Desa Adat Baturiti (Sebelah Selatan Kota Kecamatan Baturiti), yang terletak di sebelah Timur Jalan Jurusan Denpasar- Singaraja. Pura ini sangat mudah dijangkau oleh umat Hindu yang hendak melakukan persembahyangan karena lokasinya sangat trategis yaitu pada jalur pariwisata Bedugul, yang jaraknya ± 37 km dari kota Denpasar.

Keberadaan Pura ini tidak terlepas dari kedatangan para Rsi dan para Arya dari Jawa, karena Pulau Bali dengan Pulau Jawa pada jaman itu terjalin dengan erat, khususnya dengan Jawa Timur. Lebih-lebih expedisi Gajah Madha ke Bali pada tahun 1343 Masehi yang disertai pula turunnya para Arya Wilatikta, untuk menyerang Pulau Bali, karena raja Bali yang bergelar Raja Danawa yang berkedudukan di Bedahulu tidak mau patuh terhadap Majapahit.

Dalam peperangan tersebut terjadilah kekalahan pada pihak raja Bali, dan untuk menghindari terjadinya kekosongan di Pulau Bali, maka Mpu Soma Kepakisan atas perintah Raja Wilatikta dirubah status warnanya dari wama Brahmana menjadi ksatriya untuk menjadi raja di Pulau Bali dengan gelar Dhalem Kreshna Kepakisan, demikian juga para arya yang ikut turun ke Bali ditempatkan pada daerah-daerah yang dianggap penting dan strategis untuk menjaga stabilitas sekaligus mengayomi dan atau membangun tempat-tempat suci, seperti halnya keberadaan Pura Luhur Pucak Kembar tidak terlepas dari kedatangan Rsi Madhura dan Arya Sentong yang lebih dikena l dengan Sebutan I Gusti Ngurah Pacung Sakti.

Pura Luhur Pucak Kembar, menurut Purana yang telah diketemukan dan rontal-rontal lain sebagai reprensi, merupakan stana dari manifestasi Tuhan Yang Maha Esa yang bergelar Bhatara Gede Sakti Amurbeng Rat dan menurut analisis sejarah abad ke- 7, oleh Drs. R. Soekomo ada penyebutan amurbeng Rat, yang tidak lain merupakan gelar dari bhatara Wishnu. Kalau kita Bandingkan antara isi Purana beliau disebut Dhalem Ireng, dimana menurut situs pengideran warna Ireng letaknya di utara dengan Dewanya Bhatara Wishnu. Demikian juga disebutkan pada Purana Bangsul, Bhatara Sakti Amurbeng Rat nama lain dari Bhatara Wishnu, sehingga dengan demikian Pura Luhur Pucak Kembar merupakan stana dari Bhatara Wishnu serta merupakan kahyangan jagat, dimana statusnya akan jelas apabila telah membaca buku ini dengan seksama.

 


 

PENGERTIAN PURANA

Pada umumnya masyarakat sering mencampur adukan pengertian antara Purana dengan Prasasti, pada hal keduanya itu mempunyai pengertian yang berbeda dengan isi yang berbeda pula, sehingga tidak mengherankan sering terjadi polemik misalnya suatu pura hanya terdapat Purana sering tak dipercaya, mungkin karena tak ada penyebutan tokoh dan angka tahun yang mendirikan Pura tersebut, sehingga timbul anggapan “itu tidak benar”.

Seperti tersebut di atas antara Purana dan Prasasti memiliki klasikal tersendiri yaitu :

  1. Purana adalah : suatu kitab suci, yang terutama merupakan pegangan Golongan Waisnawa dan Caiwa yang isinya menceritakan berbagai macam cerita kuno, yang terkumpul dari cerita-cerita yang hidup di kalangan rakyat, mengenai kehidupan para dewa, tentang penciptaan alam semesta ini.
  2. Prasasti adalah: suatu piagam atau surat keputusan dari seorang penguasa atau orang suci kepada penduduk sekitarnya.

Suatu Pura semestinya terdapat Purana dan prasasti yang merupakan perpaduan unsur sakala niskala, seperti halnya Pura Luhur Pucak Kembar ada penyebutan Dhalem Ireng dan Dhalem Sweta yang merupakan Putra dari Hyang Pasupati,…. dst. Ini jelas tergolong Purana sedangkan prasasti menyebutkan tokoh nyata yaitu I Gusti Pacung Sakti dan Rsi Madhura dengan amanat kepada penduduk desa Pacung untuk mengempon Pura ini.

Jika kita kembali kepada Purana dan kita telaah dengan seksama, maka Purana itu terdiri atas 18 buah, yang masing-masing mengandung isi yang berbeda, namun pada umumnya Purana memuat 5 hal pokok yang menjadi corak khusus daripadanya yang biasa disebut dengan “PANCALAKSANA”.

Panca Laksana ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Sargga yaitu : mengisahkan penciptaan alam semesta.
  2. Pratisargga yaitu : mengisahkan dunia ini diciptakan kembali, setiap kali dunia yang ada ini lenyap, dimana berlangsungnya dunia hanya satu hari Brahman (1 hari Brahman = 4.320.000 tahun manusia).
  3. Wamca yaitu : mengisahkan asal-usul para dewa dan Rsi(pendeta tertinggi).
  4. Manwantarani yaitu : pembagian waktu satu hari Brahma dalam 14 masha, dimana dalam tiap rnasha umat manusia diciptakan kembali sebagai turunan manusia pertama yang disebut dengan Manu,
  5. Wancanucarita yaitu: sejarah raja-raja yang memerintah di atas dunia.

Seperti diketahui 1 hari Brahma dibagi menjadi 4 Yuga/Catur Yuga seperti:

  1. Krtayuga (zaman Emas)
  2. Tretayuga (zaman perak)
  3. Dwaparayuga (zaman perunggu)
  4. Kaliyuga (zaman besi)

Menyimak dari pembagian Panca Laksana diatas, maka Purana Pura Luhur Pucak Kembar, yang terletak di dusun Banjar Pacung Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan termasuk ke dalam Wanca dan Wancanucarita, walaupun dalam rentang waktu belakangan terjadi/berlangsung suatu peristiwa seperti pembuatan Tapakan Nawa Sanga yang sampai saat ini masih disucikan yaitu sebagai Stana Lingga manifestasi Tuhan Yang Maha Esa (diuraikan dalam Tapakan Nawa Sanga ditinjau dari sejarah dan perkembangan topeng di Bali).


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *