Yadnya adalah suatu karya suci yang dilaksanakan dengan ikhlas karena getaran jiwa / rohani dalam kehidupan ini berdasarkan dharma, sesuai ajaran sastra suci Hindu yang ada (Weda). Yadnya dapat pula diartikan memuja, menghormati, berkorban, mengabdi, berbuat baik (kebajikan), pemberian, dan penyerahan dengan penuh kerelaan (tulus ikhlas) berupa apa yang dimiliki demi kesejahteraan serta kesempurnaan hidup bersama dan kemahamuliaan Sang Hyang Widhi Wasa.
Di dalamnya terkandung nilai-nilai:
Di dalam menghayati serta mengamalkan ajaran agama, maka pelaksanaan Yadnya dilakukan secara bertingkat sesuai dengan kemampuan umat masing-masing.
Adapun bentuk pelaksanaan Yadnya itu adalah sebagai berikut:
- Dalam bentuk pemujaan (sembah, kebaktian) ditujukan kepada:
- Sang Hyang Widhi Wasa.
- Para Dewa / Dewi yang merupakan manifestasi kemahakuasaan-Nya.
- Para Bhatara / Bhatari, leluhur.
- Dalam bentuk penghormatan ditujukan kepada:
- Pemerintah / Pejabat Pemerintah.
- Orang-orang yang lebih tua atau yang berkedudukan lebih tinggi.
- Orang-orang yang berjasa dan para tamu.
- Makhluk-makhluk yang nampak dan tidak nampak yang lebih rendah derajatnya daripada manusia.
Adapun bentuk rasa hormat yang kita berikan itu adalah tanpa merendahkan martabat diri sendiri, akan tetapi didasarkan atas keikhlasan, ketulusan, kerendahan hati, dan prinsip saling hormat menghormati, harga menghargai, percaya mempercayai satu dengan yang lain.
- Dalam bentuk pengabdian, baik kepada keluarga, masyarakat, negara, bangsa, tanah air, dan kemanusiaan. Pengabdian yang ditujukan kepada Sang Hyang Widhi Wasa adalah merupakan pengabdian yang tertinggi nilainya. Pengabdian itu satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Besar kecilnya pengabdian yang dapat kita berikan (abdikan) tergantung atas kemampuan kita masing-masing.
- Dalam bentuk cinta dan kasih sayang terhadap semua makhluk hidup, terutama dalam keadaan melarat, menderita, terkena bencana / malapetaka, dimana kemauan dan tindakan serta ikhlas berkorban sangat berperan di dalam bentuk cinta dan kasih sayang ini, demi kebahagiaan bersama dan kesempurnaan hidup.
- Dalam bentuk pengorbanan dimana pengorbanan benda, tenaga, pikiran, jiwa, dan raga dapat diberikan demi menjunjung tinggi cita-cita yang mulia dan luhur, baik dalam hubungan dharma kepada negara maupun kepada agama (Dharmaning Negara dan Dharmaning Agama).
Dari kelima bentuk pelaksanaan yadnya tersebut dapat disimpulkan bahwa arti yadnya itu sangat luas dalam hubungannya dengan pelaksanaan dharma, bukan saja terbatas pada pelaksanaan Panca Yadnya ataupun pelaksanaan dari berbagai bentuk upacara-upacara yang menggunakan sarana ataupun yang tanpa menggunakan sarana.
Dalam pelaksanaan Upacara Yadnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Adanya kebersihan tempat / bangunan suci serta sarana upacara.
- Adanya keseragaman pelaksanaan Upacara Yadnya.
- Ketertiban.
- Bahan- bahan upacara yadnya yang terdapat di daerah setempat, agar tidak terhalang karena tidak adanya sesuatu alat tertentu.
Panca Yadnya adalah lima jenis karya suci yang diselenggarakan oleh umat Hindu di dalam usaha mencapai kesempurnaan hidup.
- Dewa Yadnya
Dewa Yadnya adalah suatu karya / upacara / persembahan suci kepada Sang Hyang Widhi Wasa dan seluruh manifestasi-Nya antara lain terdiri dari Dewa Brahma selaku Maha Pencipta, Dewa Wisnu selaku Maha Pemelihara, dan Dewa Siwa selaku Maha Pralina (pengembali kepada asalnya) dengan melakukan persembahyangan Tri Sandhya (sehari-hari) maupun Muspa (kebaktian dan pemujaan di tempat-tempat suci). Karya suci tersebut dilaksanakan pada hari-hari suci, hari peringatan (rerahinan), hari ulang tahun (pawedalan / piodalan / petoyan) ataupun hari raya-hari raya lainnya seperti: Hari Raya Galungan dan Kuningan, Hari Raya Saraswati, Hari Raya Nyepi, dan lain-lain.
- Pitra Yadnya
Pitra Yadnya adalah suatu karya / upacara / persembahan suci yang ditujukan kepada roh suci dan roh leluhur (pitra) dengan menghormati dan mengenang jasanya dengan menyelenggarakan upacara kepada jenazah mendiang
(Sawa Wedana) sejak tahap permulaan sampai tahap terakhir yang disebut
Atma Wedana.
Adapun tujuan dari pelaksanaan Pitra Yadnya ini adalah demi pengabdian dan bakti yang tulus ikhlas, mengangkat serta menyempurnakan kedudukan arwah leluhur di alam surga. Memperhatikan kepentingan orang tua dengan jalan mewujudkan rasa bakti, memberikan sesuatu yang baik dan layak, menghormati serta merawat hidup di hari tuanya juga termasuk pelaksanaan Yadnya. Hal tersebut dilaksanakan atas kesadaran bahwa sebagai keturunannya ia telah berhutang kepada orangtuanya (leluhur) seperti:
- Hutang badan yang disebut dengan istilah Sarirakrit.
- Hutang budi yang disebut dengan istilah Anadatha.
- Hutang jiwa yang disebut dengan istilah Pranadatha.
- Manusa Yadnya
Manusa Yadnya adalah suatu karya / upacara / persembahan suci demi kesempurnaan hidup manusia.
Di dalam pelaksanaannya dapat berupa upacara yadnya ataupun selamatan / syukuran, antara lain:
- Upacara selamatan (Jatasamskara/ Nyambutin) guna menyambut bayi yang baru lahir.
- Upacara selamatan (Nelubulanin) untuk bayi (anak) yang baru berumur 3 bulan (105 hari).
- Upacara selamatan setelah anak berumur enam bulan (otonan / 210 hari).
- Upacara perkawinan (Wiwaha) yang disebut dengan istilah Abyakala / Citra Wiwaha / Widhi-Widhana.
Di dalam menyelenggarakan segala usaha serta kegiatan-kegiatan spiritual tersebut masih ada lagi kegiatan dalam bentuk yang lebih nyata demi kemajuan dan kebahagiaan hidup si anak di dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan lain-lain guna mempersiapkannya menempuh kehidupan bermasyarakat. Juga usaha di dalam memberikan pertolongan dan menghormati sesama manusia mulai dari tata cara menerima tamu (athiti krama), memberikan pertolongan kepada sesama yang sedang menderita (Maitri) yang diselenggarakan dengan tulus ikhlas adalah termasuk Manusa Yadnya.
- Rsi Yadnya
Rsi Yadnya adalah suatu upacara yadnya berupa karya suci keagamaan yang ditujukan kepada para Maha Rsi, orang-orang suci, Rsi, Pinandita, Guru yang dalam pelaksanaannya dapat diwujudkan dalam bentuk:
- Penobatan calon sulinggih menjadi sulinggih yang disebut Upacara Diksa.
- Membangun tempat-tempat pemujaan untuk Sulinggih.
- Menghaturkan / memberikan punia pada saat-saat tertentu kepada Sulinggih.
- Mentaati, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran para Sulinggih.
- Membantu pendidikan agama di dalam menggiatkan pendidikan budi pekerti luhur, membina, dan mengembangkan ajaran agama.
- Bhuta Yadnya
Bhuta Yadnya adalah suatu karya / upacara / persembahan suci kepada sarwa bhuta yaitu makhluk-makhluk rendahan (posisinya lebih rendah dari manusia), baik yang terlihat (sekala) ataupun yang tak terlihat (niskala), hewan (binatang), tumbuh-tumbuhan, dan berbagai jenis makhluk lain yang merupakan ciptaan Sang Hyang Widhi Wasa.
Adapun pelaksanaan upacara Bhuta Yadnya ini dapat berupa: Upacara yadnya (korban suci) yang ditujukan kepada makhluk yang kelihatan / alam semesta, yang disebut dengan istilah Mecaru atau Tawur Agung, dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan, kelestarian antara jagat raya ini dengan diri kita yaitu keseimbangan antara makrokosmos dengan mikrokosmos.
Di dalam pelaksanaan yadnya biasanya seluruh unsur-unsur Panca Yadnya telah tercakup di dalamnya, sedangkan penonjolannya tergantung yadnya mana yang diutamakan.
Menurut ketentuan waktu pelaksanaan Yadnya, umat Hindu mengenal dua jenis Yadnya yang disebut dengan istilah:
Panca Marga Yadnya adalah merupakan dasar yang menunjang pelaksanaan Panca Yadnya.