Babad Buleleng 3/3

Bagian 1 Bagian 2 Kembali diceritakan, Ki Gusti Ketut Panji, berputra Ki Gusti Gede Panji, Ki Gusti Made Clagi, serta Ki Gusti Nyoman Pinatih, sama-sama berada di Sukasada. Ki Gusti Bagus Jlantik Banjar, berputra Ki Gusti Bagus Suwi, serta Ki Gusti Made Akeh, sama-sama berada di Bangkang. Adapun Ki Gusti Made Panji Muna, berputra Ki Gusti Bagus Jlantik Kalyanget. Ki Gusti Ketut Jlantik, berputra Ki Gusti Wayan Ksatra, berada di

Babad Buleleng 2/3

Bagian 1 Beliau Pedanda Kemenuh sebagai putra laki-laki tertua, beliau pindah ke Ler Gunung, desa Kayu Putih, beliau memiliki pengetahuan yang tinggi sangat pandai dalam hal ilmu weda, sangat mahir membuat keris, keluhuran ilmu Pasupatinya, beliau sangat terkenal di masyarakat, oleh karenanya ada sebutan keris buatan Kayu Putih, demikianlah keutamaan beliau, lalu dimintalah beliau, oleh Ki Gusti Panji Sakti, beliau diberi kedudukan sebagai bagawanta, dinobatkan menjadi pendeta kerajaan, dan beliau

Babad Buleleng 1/3

Semoga tidak ada halangan Pranamyam sira dewam, bhuktimukti itarttaya, prawaksyatwa wijneyah, brahmanam ksatriyadih, patayeswarah. Setelah kalahnya Baginda Raja Bedahulu di Bali, oleh beliau Sri Aji Kala Gemet, sebagai pelindung daerah, yang berkedudukan di Majalange, akhirnya keadaan Bali pada saat itu menjadi tenang, sehingga tidak senanglah Patih Nirada Mada melihat peraturan tata tertib rusak, adalah beliau yang bernama Dang Hyang Kapakisan, seorang pandita yang sudah sempurna, beliau dipakai sebagai bagawanta oleh

Kata Pengantar dari Kelian Kelir

OM Swastyastu, Ida Dane Semeton babadbali.com yang kelian cintai, Bali kaya sekali dengan naskah kuna yang berharga. Umumnya dituliskan pada lontar, berbahasa Kawi (Jawa kuna) atau bahasa Bali, atau campuran antara keduanya. Lontar mengenai babad banyak sekali versinya, beberapa di antaranya, sudah kelian tampilkan isinya ke atas kelir ini sejak lama. Di antaranya adalah: Babad Arya Gajah Para 1, 2, 3 Babad Buleleng 1, 2, 3 Babad Dalem Batu Kuub

Babad Arya Gajah Para 3/3

Bagian 1 Bagian 2 Diceritakan Pedanda Sakti Abah lama berada di Pertapaan Pedanda Sakti Bajangan, di sana di Bukit Bangli, Pada suatu ketika, akhirnya menginjak dewasa ketiga adiknya, sudah wajar diupacarai, diberi penyucian (padiksan), oleh Pedanda Sakti Abah, sekarang berganti nama yang sulung Pedanda Wayan Tianyar, Pedanda Nyoman Tianyar, Pedanda Ketut Tianyar. Adapun Pedanda Wayan Tianyar, kawin dengan seorang putri dari Kekeran, Pedanda Nyoman Tianyar beristrikan dari Intaran Badung, Pedanda

Babad Arya Gajah Para 2/3

Bagian 1 Sekarang kembali diceritakan I Gusti Ngurah Kaler, mempunyai empat orang putra dari seorang ibu lahir dari I Gusti Ayu Diah Lor, putra tertua bernama I Gusti Gede Kaler, pindah menuju desa Antiga, berdiam di sana dan mengembangkan keturunan, putra kedua I Gusti Made Kekeran, pindah menuju Desa Kubu, berkembang di sana. Putra ketiga I Gusti Nyoman Jambeng Campara, pindah ke Desa Sukadana Tigaron, menetap dan mengembangkan keturunan di

Babad Arya Gajah Para 1/3

Ya Tuhan semoga tidak mendapat halangan. Ong pranamyam sira sang siwyam, bhukti mukti hitarratam, prawaksye tatwa wijnevah, wisnwangsa patayo swaram. Sira ghranestyam patyam, rajasityam mahabalam, sawangsanira mangjawam, bhuphalakarn patyam loke. Ong nama dewa ya. Sembah hamba ke hadapan Batara junjungan, daulat paduka leluhur yang telah menjadi batara, Engkau yang menganugerahi kehidupan (makanan) dan kebahagiaan, keberhasilan dalam segala kehendak, senantiasa bersemayam dalam perasaan dan pikiran, dipuja agar merestui, para bijak di

Jro Mangku Gde Ktut Soebandi: ''Babad'' di Bali Kebanyakan Omong Kosong

Sumber: http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/1/19/pot1.html BABAD merupakan historiografi tradisional. Sebagai sumber sejarah, babad tidak bisa diabaikan dalam penulisan sejarah lokal maupun nasional. Hampir semua etnis atau suku bangsa di Indonesia memiliki sejarah tradisional sejenis babad, misalnya di Jawa, Bali dan Lombok — dari Babad Dalem, Babad Buleleng, Babad Blahbatuh, Babad Tanah Jawi, sampai Babad Lombok. Pengkajian bangsa Belanda terhadap babad, pada tahap awalnya hanya ditekankan pada telaah teks dari sudut filologi, dengan demikian

Nilai Religius

Berikut dharma-wacana Ida Bhagawan: Jangan sampai terputus dengan garis kawitan. Memuja kawitan itu perlu karena meliputi tiga dari Pancasrada yaitu : Widhi Tattwa, Atma Tattwa, dan Punarbhawa. Sama seperti kita sekarang, bagaimana sakit hati kita jika anak kandung kita tidak mengakui kita sebagai ayahnya ? Atau tidak tahu bahwa kitalah ayahnya ? Kawitan berasal dari kata Wit artinya asal-usul. Bhisama leluhur yang dimuat di Prasasti antara lain berbunyi sbb.: (terjemahan)

Silsilah Kita

Konon kita ini dahulu sedikit. Setelah berkembang biak dan beranak-pinak, jadilah kita sebanyak ini. Dalam gegap gempita, sesak sempit ini kadang kita gerah. Beradu keras berebut hak melanjutkan hidup dengan orang lain dalam keseharian kita. Orang lain? Pernahkah terpikir oleh kita, bahwa semua kita ini mungkin masih bersaudara? Coba lihat bahwa dalam deretan silsilah, sebuah keluarga besar dari satu orang kakek hanya tergambar dalam tiga baris saja? Itupun kadang- kadang