Hindu Dharma

Kata Pengantar

Om Swastyastu, Semakin lama semakin dirasakan keperluan akan adanya buku- buku ataupun brosur- brosur yang kecil tetapi praktis, yang berisikan petunjuk- petunjuk tentang sastra- sastra agama yang meliputi uraian- uraian tentang tatwa, sesana- sesana dan upakara yadnya. Semua ini dapat kita mengerti karena ia merupakan konsekuensi logis daripada adanya modernisasi, kemajuan dalam bidang teknologi, ilmu pengetahuan dan lain- lainnya yang pada gilirannya juga dapat menimbulkan terjadinya pergeseran nilai- nilai dalam

Penciptaan Alam dan Manusia

Proses Penciptaan Alam Semesta Ilustrasi Keadaan sebelum tercipta alam yang kita tempati sekarang   Alam semesta diciptakan dalam suatu proses evolusi yang panjang. Pada mulanya alam ini kosong, yang ada hanya Tuhan, sering disebut jaman “duk tan hana paran- paran anrawang anruwung” artinya ketika itu belum ada apa-apa dan semuanya belum menentu. Dengan kemahakuasaan-Nya, kemudian Sanghyang Widhi Wasa menciptakan dua kekuatan yang disebut Purusa yaitu kekuatan hidup (rohaniah) dan Prakerti (pradana)

Hindu sebagai Agama Dunia

Agama Hindu akan menjadi agama dunia yang dominan pada abad 21 ini. Agama Hindu sedang berkembang menjadi agama universal yang sesungguhnya dan menjadi rumah bagi semua religiusitas yang murni. Penyebaran agama Hindu terutama tidaklah melalui para guru (spiritual) dan swami tapi melalui para intelektual dan penulis. Demikian dikatakan oleh Klaus K. Klostermaier, dalam bukunya A Survey Of Hinduism diterbitkan oleh State University of New York Press, 1989). Klaus K. Kostermaier,

Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu

Awal Perkembangan Agama Hindu Agama Hindu berasal dari India. Untuk mengetahui sejarah perkembangannya haruslah juga dipelajari sejarah perkembangan India meliputi aspek perkembangan penduduk maupun aspek kebudayaannya dari jaman ke jaman. Berdasarkan penelitian usia kitab- kitab Weda, para ahli sampai pada suatu kesimpulan bahwa agama Hindu telah tumbuh dan berkembang pada sekitar 6.000 tahun sebelum tahun Masehi. Sebagai agama tertua, agama Hindu kemudian berkembang ke berbagai wilayah dunia, termasuk Asia Tenggara

Kitab Suci dan Maha Resi

Kitab Suci Kitab suci agama Hindu disebut Weda. Adapun kata Weda ini berasal dari bahasa Sanskerta dari akar kata “Wid” berkembang menjadi kata WEDA atauWIDYA yang berarti pengetahuan. Sebagai kitab suci kata Weda mengandung pengertian himpunan ilmu pengetahuan suci yang bersumber dari Sang Hyang Widhi Wasa diterima atau didengar oleh para Maha Resi dalam keadaan samadhi. Oleh karena itu disebut juga Sruti yang berarti Sabda suci yang didengar (wahyu). Jadi

Salam dan Lambang Agama Hindu

Salam Agama Hindu Untuk membina hubungan yang harmonis dan mempererat rasa persaudaraan dalam pergaulan di masyarakat, agama Hindu mengajarkan salam persaudaraan (panganjali) dengan ucapan “OM SWASTYASTU”. Salam ini dapat juga dipergunakan dalam memulai dan mengakhiri suatu kegiatan. Khusus dalam mengakhiri sesuatu kegiatan dapat juga memakai “OM SANTI, SANTI, SANTI, OM” yang artinya semoga damai. Pada waktu mengucapkan salam, kedua tangan dicakupkan di depan dada dengan ujung jari mengarah ke atas,

Agama dan Dharma

Agama Kata “agama” yang dipergunakan oleh umat Hindu dalam hidup berketuhanan Yang Maha Esa berasal dari bahasa Sanskerta dari akar kata “gam” yang artinya “pergi” atau “perjalanan”. Urat kata “gam” ini mendapat prefix “a” yang berarti “tidak” dan tambahan “a” di belakang yang berarti “sesuatu” atau dapat berfungsi sebagai suffix dalam bahasa Sanskerta guna mengubah kata kerja menjadi kata sifat. Dengan demikian kata agama diartikan “sesuatu yang tidak pergi”, tidak

Ajaran Ketuhanan dalam lontar-lontar di Bali

A. Bhatara Siwa sumber segala. Dalam lontar Bhuwanakosa dikatakan bahwa semua yang ada ini muncul dari Bhatara Siwa dan akan kembali kepada-Nya juga. Dengan demikian maka Bhatara Siwa adalah sumber segala yang ada, sama halnya dengan Brahman dalam Upanisad. (Bhuwanakosa III, 82) :   Lebih jauh Bhuwanakosa menyatakan sebagai berikut : (Bhuwanakosa III, 81) :   (Bhuwanakosa III, 71) :   (Bhuwanakosa III, 78) :   B. Bhatara Siwa bersifat immanent

Lontar- lontar Tattwa

1 Bhuwana Kosa Lontar ini tergolong lontar yang tua umurnya. Hal ini tampak dari adanya teks Sansekertanya yang jumlahnya banyak, bahkan lebih banyak dari uraiannya dalam bahasa Jawa Kuna dan keadaan teksnya cukup baik. Isinya terdiri dari 11 patalah (Bab) yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: 1. Bagian pertama yang berisi uraian Bhatara Siwa kepada Srimuni Bhargawa yang lebih banyak menguraikan tentang “Brahma rahasya” yaitu rahasia pengetahuan Brahma. 2. Bagian

Lontar, Kesusastraan Bali yang hampir punah

Jenis Jenis Lontar Pokok-pokok ajaran Ketuhanan yang termuat dalam pustaka suci Veda dan Upanisad seperti yang diuraikan di atas ditulis kembali ke dalam lontar-lontar di Bali dengan menggunakan aksara Bali. bahasa Sansekerta-kepulauan, bahasa Jawa Kuna maupun bahasa Bali. Lontar-lontar tersebut tersimpan dan terpelihara di Bali dalam jumlah yang cukup banyak, tersebar di berbagai tempat. Tempat-tempat tersebut seperti misalnya di: Gedong Kirtya Singaraja. Perpustakaan Universitas Udayana Denpasar, Perpustakaan Universitas Hindu Dharma