Piodalan

Rerahinan / Yadnya yang Dilakukan Berdasarkan Pawukon

Mengenai rerahinan / yadnya yang dilakukan berdasarkan pawukon, diambilkan yang penting-penting saja menurut daftar rerahinan di bawah ini. Selebihnya akan menjadi sangat detil dan rumit, dapat dipelajari dari lontar / kitab yang bernama Sundari Gama. Dalam lontar itu dipaparkan secara rinci, hari yang dianggap penting dan disucikan, termasuk keharusan-keharusan yang patut dilaksanakan, demikian pula pantangan-pantangannya, mengandung petunjuk-petunjuk tatacara pelaksanaan upacara serta upakara dan lain sebagainya. Budha Keliwon Sinta : Pagerwesi.

Rerahinan / Yadnya yang Dilakukan Berdasarkan Saptawara dengan Pancawara

Anggara Keliwon / Anggara Kasih Pada hari ini meyoga Ida Sang Hyang Ludra, untuk membasmi segala kekotoran (leteh-letuh) di bumi, termasuk kekotoran tubuh, lahir dan batin. Widhi-widhana berupa canang reresik, canang puspa wangi-wangian, menyan astanggi dan asap harum dihaturkan ke hadapan Dewa Sang Hyang Ludra, untuk mohon belas kasihnya melebur dan membersihkan segala kekotoran dan kenistaan. Selesai bersembahyang dilakukan metirtha gocara Budha Wage Hari ini disebut pesucian/ peyogan Sang Hyang

Rerahinan / Yadnya yang Dilakukan Berdasarkan Triwara dengan Pancawara

Hari Keliwon Hari Keliwon dalam panca wara datang tiap-tiap lima hari sekali. Pada tiap-tiap hari Keliwon, bersemadilah Sang Hyang Çiwa. Umat Hindu di Bali harus menyucikan cita (budhi) dengan metirtha gocara. Dilaksanakan dengan cara menghaturkan canang serta wangi-wangian di sanggah dan di atas tempat tidur. Selanjutnya dihaturkan canang reresik wangi-wangian di Parhyangan dan di Kahyangan. Yadnya ini ditujukan ke hadapan Sang Hyang Ciwa, yaitu ke hadapan Ida Sang Widhi Wasa,

Yadnya Yang Dilakukan Setiap Hari

Disebut yadnya Çesa, dilaksanakan tiap hari, biasanya pada pagi atau siang hari, dan di senja hari. Sesajen disiapkan setelah menanak nasi, berupa masing-masing banten pekidih atau jotan sesuap nasi lengkap dengan lauk pauknya serba mungil, jumlahnya menurut keperluan. Diberikan kebebasan dalam menentukan berapa jumlah jotan, dapat berbeda bergantung kepada arti yang kita berikan kepada letak persembahannya, namun yang wajib ada tiga (3) sedangkan yang lain diambilkan dari yang paling lazim.

Pembagian Hari-hari Raya di Bali

Petunjuk mengenai hari-hari raya dan saat-saat suci diperoleh dari ajaran Sundari Gama. Dalam ajaran itu disebutkan bahwa Sang Hyang Suksma Litjin memerintahkan kepada para purohita (orang-orang suci) agar mengingatkan para pemegang tampuk kekuasaan, agar ia, dan dengan kuasanya memerintahkan segenap bawahannya, mengadakan yadnya, atau upacara persembahan pada hari-hari dan saat-saat tertentu. Persembahan itu disebut bebantenan atau widhi-widhana, sebagai perwujudan darma dalam menjaga kesejahteraan dunia dan kebahagiaan segenap makhluk. Hari-hari yang

Piodalan Pura dan Rerahinan

Satu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adalah adanya beribu- ribu pura di pulau Bali ini. Tak terbilang jumlahnya. Kalau seseorang menyusuri pantai pulau ini maka akan terlihat demikian banyaknya pura di pinggir pinggir pantai pulau ini. Dari pelosok desa sampai puncak gunung yang tinggi menjulang. Coba hitung bilamana setiap satu keluarga memiliki satu tempat suci, apakah itu padmasari, panyawangan, atau pamerajan alit, maka berapa pura ada di Bali untuk setiap