Hari Raya Tumpek Kandang

Disebut juga Tumpek Wewalungan / Oton Wewalungan atau Tumpek Kandang, yaitu hari selamatan binatang-binatang piaraan (binatang yang dikandangkan) atau binatang ternak (wewalungan). Untuk bebanten selamatan bagi binatang tersebut berbeda-beda menurut macam / golongan binatang-binatang itu antara lain: Untuk bebanten selamatan bagi sapi, kerbau, gajah, kuda, dan yang semacamnya dibuatkan bebanten: tumpeng tetebasan, panyeneng, sesayut dan canang raka. Untuk selamatan bagi babi dan sejenisnya: Tumpeng-canang raka, penyeneng, ketipat dan belayag. Untuk

Hari Raya Tumpek Uduh

Disebut juga hari raya Tumpek Uduh, Tumpek Pengarah, Tumpek Pengatag, atau Tumpek Bubuh. Hari ini adalah hari turunnya Sanghyang Sangkara yang menjaga keselamatan hidup segala tumbuh- tumbuhan (pohon-pohonan). Beliau memelihara agar tumbuh-tumbuhan itu subur tumbuhnya, hidup dan terhindar dari hama penyakit, agar supaya memberikan hasil yang baik dan berlimpah, melebihi dari yang sudah-sudah dan hemat walaupun dipakai atau dimakan. Bebantenan untuk selamatan ini adalah: peras, tulung sesayut tumpeng, bubur gendar,

Hari Suci Pegat Uwakan

Pegat-uwakan artinya pegat warah atau diam, tidak berbicara. Pada hari yang suci ini para Sang Maha Muni, para pakar dan orang-orang budiman melakukan tapa diam (monabrata) atau brata dhyana, atau semadhi pralina. Tujuannya ialah menyatukan tenaga hidup (prana) di badan kita, yang menyebabkan segar bugar dan sehatnya jiwa raga. Di samping itu dihaturkan widhi-widhana, bebanten sarwa pawitra, canang wangi-wangi, sesayut dirgha yusa, panyeneng, tetebus, dihaturkan kehadapan Dewa Bhatara, terutama Sanghyang

Hari Raya Galungan

Sejarah Hari Raya Galungan masih merupakan misteri. Dengan mempelajari pustaka-pustaka, di antaranya Panji Amalat Rasmi (Jaman Jenggala) pada abad ke XI di Jawa Timur, Galungan itu sudah dirayakan. Dalam Pararaton jaman akhir kerajaan Majapahit pada abad ke XVI, perayaan semacam ini juga sudah diadakan. Menurut arti bahasa, Galungan itu berarti peperangan. Dalam bahasa Sunda terdapat kata Galungan yang berarti berperang. Parisadha Hindu Dharma menyimpulkan, bahwa upacara Galungan mempunyai arti Pawedalan

Hari Raya Pagerwesi

Hari raya Pagerwesi jatuh pada hari Budha Kliwon Wuku Sinta. Dalam kalender hari suci di Bali, hari ini adalah hari kelima dari serangkaian hari raya penting, yaitu: Hari 1 Hari raya Saraswati Sabtu Saniscara Umanis Watugunung Hari 2 Hari raya Banyu Pinaruh Minggu Redite Paing Sinta Hari 3 Hari raya Soma Ribek Senin Soma Pon Sinta Hari 4 Hari raya Sabuh Mas Selasa Anggara Wage Sinta Hari 5 Hari raya Pagerwesi

Hari Raya Sabuh Mas

Hari raya Soma RIbek jatuh pada hari Anggara Wage Wuku Sinta. Dalam kalender hari suci di Bali, hari ini adalah hari keempat dari serangkaian hari raya penting, yaitu: Hari 1 Hari raya Saraswati Sabtu Saniscara Umanis Watugunung Hari 2 Hari raya Banyu Pinaruh Minggu Redite Paing Sinta Hari 3 Hari raya Soma Ribek Senin Soma Pon Sinta Hari 4 Hari raya Sabuh Mas Selasa Anggara Wage Sinta Hari 5 Hari

Hari Raya Soma Ribek

Hari raya Soma RIbek jatuh pada hari Soma Pon Wuku Sinta. Dalam kalender hari suci di Bali, hari ini adalah hari ketiga dari serangkaian hari raya penting, yaitu: Hari 1 Hari raya Saraswati Sabtu Saniscara Umanis Watugunung Hari 2 Hari raya Banyu Pinaruh Minggu Redite Paing Sinta Hari 3 Hari raya Soma Ribek Senin Soma Pon Sinta Hari 4 Hari raya Sabuh Mas Selasa Anggara Wage Sinta Hari 5 Hari

Hari Raya Saraswati

Hari raya Saraswati jatuh pada hari Saniscara Umanis Watugunung. Dalam kalender hari suci di Bali, hari ini adalah hari pertama dari serangkaian hari raya penting, yaitu: Hari 1 Hari raya Saraswati Sabtu Saniscara Umanis Watugunung Hari 2 Hari raya Banyu Pinaruh Minggu Redite Paing Sinta Hari 3 Hari raya Soma Ribek Senin Soma Pon Sinta Hari 4 Hari raya Sabuh Mas Selasa Anggara Wage Sinta Hari 5 Hari raya Pagerwesi

Rerahinan / Yadnya yang Dilakukan Berdasarkan Pawukon

Mengenai rerahinan / yadnya yang dilakukan berdasarkan pawukon, diambilkan yang penting-penting saja menurut daftar rerahinan di bawah ini. Selebihnya akan menjadi sangat detil dan rumit, dapat dipelajari dari lontar / kitab yang bernama Sundari Gama. Dalam lontar itu dipaparkan secara rinci, hari yang dianggap penting dan disucikan, termasuk keharusan-keharusan yang patut dilaksanakan, demikian pula pantangan-pantangannya, mengandung petunjuk-petunjuk tatacara pelaksanaan upacara serta upakara dan lain sebagainya. Budha Keliwon Sinta : Pagerwesi.

Rerahinan / Yadnya yang Dilakukan Berdasarkan Saptawara dengan Pancawara

Anggara Keliwon / Anggara Kasih Pada hari ini meyoga Ida Sang Hyang Ludra, untuk membasmi segala kekotoran (leteh-letuh) di bumi, termasuk kekotoran tubuh, lahir dan batin. Widhi-widhana berupa canang reresik, canang puspa wangi-wangian, menyan astanggi dan asap harum dihaturkan ke hadapan Dewa Sang Hyang Ludra, untuk mohon belas kasihnya melebur dan membersihkan segala kekotoran dan kenistaan. Selesai bersembahyang dilakukan metirtha gocara Budha Wage Hari ini disebut pesucian/ peyogan Sang Hyang