Rahinan Berdasarkan Wuku

Tumpek Landep

Memaknai Hari Raya Tumpek Landep, Oleh : Pinandita I Ketut Adi Wibardi   Hari raya Tumpek Landep sendiri merupakan rentetan setelah hari raya saraswati, dimana pada hari ini umat hindu melakukan puji syukur atas berkah yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati. Perbedaan hari raya Saraswati dengan hari raya Tumpek Landep adalah dimana pada saat hari raya Saraswati umat hindu

Sugihan Jawa dan Sugihan Bali

Makna Penting Dari Sugihan Jawa dan Sugihan Bali Dalam menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan dalam Agama Hindu khususnya di Bali, biasanya terdapat rententetan upacara. Dimulai dengan hari Tumpek Wariga dan selanjutnya menjelang seminggu sebelum Galungan, dikenal dengan sugihan. Mengenai Sugihan masih terdapat hal yang rancu dalam masyarakat, tidak sedikit yang berpendapat jika merayakan hari raya sugihan jawa artinya merupakan keturunan dari Majapahit (Jawa) dan Sugihan Bali artinya keturunan bali asli. Jika

Hari Galungan dan Kuningan

Tentang Hari Galungan – Kuningan. ilustrasi penjor galungan Riwayat Galungan. Diperkirakan Galungan sudah ada pada abad ke XI, berdasarkan antara lain Kidung Panji Malat Rasmi dan Pararaton. Di India perayaan semacam ini juga ada yang dinamakan Çradha Wijaya Daçami. Mitologinya. Galungan disebut dalam usana Bali berupa ceritera peperangan Mayadenawa dengan Batara Indra. Dalam lontar Jayakasunu, yang menurut pewarah- warah Batari Durga kepada Sri Jayakasunu. Filsafatnya. Filsafat Galungan berpusat pada pergulatan

Penggunaan Penjor pada Waktu Hari Raya Galungan

Pengertian.Penjor adalah salah satu sarana Upakara dalam merayakan Hari Raya Galungan, dan merupakan simbul Gunung yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan, seperti halnya Gunung Agung, di mana terletak Pura Besakih yang merupakan tempat pemujaan terbesar bagi umat Hindu di Indonesia. Bahan dan Perlengkapan: Bahan penjor adalah sebatang bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan daun. kelapa/ daun enau yang muda serta daun- daunan lainnya (Plawa). Perlengkapan adalah pala bungkah (umbi- umbian) misalnya

Tabel Rerahinan

Wuku \ Saptawara Redite Coma Anggara Buda Wrespati Sukra Saniscara Sinta Paing Pon Wage Kliwon Umanis Paing Pon Landep Wage Kliwon Umanis Paing Pon Wage Kliwon Ukir Umanis Paing Pon Wage Kliwon Umanis Paing Kulantir Pon Wage Kliwon Umanis Paing Pon Wage Taulu Kliwon Umanis Paing Pon Wage Kliwon Umanis Gumbreg Paing Pon Wage Kliwon Umanis Paing Pon Wariga Wage Kliwon Umanis Paing Pon Wage Kliwon Warigadian Umanis Paing Pon

Hari Raya Tumpek Wayang

Pada hari ini adalah Puja Walinya Sang Hyang Iswara. Hari ini umat Hindu di Bali menghaturkan upacara menuju keutamaan tuah pratima-pratima dan wayang, juga kepada semua macarn benda seni dan kesenian, tetabuhan, seperti: gong, gender, angklung, kentongan dan lain-lain. Bebantennya yaitu : suci, peras, ajengan, sedah woh, canang raka, pesucian dengan perlengkapannya dan lauknya itik putih. Upakara dihaturkan ke hadapan Sanghyang Iswara, dipuja di depan segala benda seni dan kesenian

Hari Raya Tumpek Kandang

Disebut juga Tumpek Wewalungan / Oton Wewalungan atau Tumpek Kandang, yaitu hari selamatan binatang-binatang piaraan (binatang yang dikandangkan) atau binatang ternak (wewalungan). Untuk bebanten selamatan bagi binatang tersebut berbeda-beda menurut macam / golongan binatang-binatang itu antara lain: Untuk bebanten selamatan bagi sapi, kerbau, gajah, kuda, dan yang semacamnya dibuatkan bebanten: tumpeng tetebasan, panyeneng, sesayut dan canang raka. Untuk selamatan bagi babi dan sejenisnya: Tumpeng-canang raka, penyeneng, ketipat dan belayag. Untuk

Hari Raya Tumpek Uduh

Disebut juga hari raya Tumpek Uduh, Tumpek Pengarah, Tumpek Pengatag, atau Tumpek Bubuh. Hari ini adalah hari turunnya Sanghyang Sangkara yang menjaga keselamatan hidup segala tumbuh- tumbuhan (pohon-pohonan). Beliau memelihara agar tumbuh-tumbuhan itu subur tumbuhnya, hidup dan terhindar dari hama penyakit, agar supaya memberikan hasil yang baik dan berlimpah, melebihi dari yang sudah-sudah dan hemat walaupun dipakai atau dimakan. Bebantenan untuk selamatan ini adalah: peras, tulung sesayut tumpeng, bubur gendar,

Hari Suci Pegat Uwakan

Pegat-uwakan artinya pegat warah atau diam, tidak berbicara. Pada hari yang suci ini para Sang Maha Muni, para pakar dan orang-orang budiman melakukan tapa diam (monabrata) atau brata dhyana, atau semadhi pralina. Tujuannya ialah menyatukan tenaga hidup (prana) di badan kita, yang menyebabkan segar bugar dan sehatnya jiwa raga. Di samping itu dihaturkan widhi-widhana, bebanten sarwa pawitra, canang wangi-wangi, sesayut dirgha yusa, panyeneng, tetebus, dihaturkan kehadapan Dewa Bhatara, terutama Sanghyang

Hari Raya Galungan

Sejarah Hari Raya Galungan masih merupakan misteri. Dengan mempelajari pustaka-pustaka, di antaranya Panji Amalat Rasmi (Jaman Jenggala) pada abad ke XI di Jawa Timur, Galungan itu sudah dirayakan. Dalam Pararaton jaman akhir kerajaan Majapahit pada abad ke XVI, perayaan semacam ini juga sudah diadakan. Menurut arti bahasa, Galungan itu berarti peperangan. Dalam bahasa Sunda terdapat kata Galungan yang berarti berperang. Parisadha Hindu Dharma menyimpulkan, bahwa upacara Galungan mempunyai arti Pawedalan