Pura Penegil Dharma

Struktur dan Arsitektur Pura Penegil Dharma

PEMBANGUNAN tempat suci oleh Nara Singa Murti, mengikuti sistem ketatanegaraan pemerintahan di Kediri. Istana sebagai pusat pemerintahan juga pusat pengembangan agama. Raja sebagai kepala pemerintahan berfungsi sebagai stabilisator dan dinamisator makrokosmos. Menjalankan fungsi itu, Nara Singa Murti bergelar Parameswara Sri Hyang Ning Hyang Adi Dewa Lencana.

Menurut Klian Ulun Krama Pengemong Pura Penegil Dharma Prof. Drs. Armaya dan pengikut spiritual Suhandoyo dari Yogyakarta, Mahesa Cempaka atau Nara Singa Murti mempunyai banyak nama. Masing-masing gelar mempunyai arti. Maharaja Aji Jayapangus gelar yang diberikan di Jawa saat mengikuti pendidikan. Sedangkan Jaya Sakti, Jaya Raga, Jaya Den Jaya, gelar yang diberikan pada saat membebaskan Istana Kawista dari sarang perompak yang mengganggu alur perdagangan laut.

Gelar Nara Singa Murti, gugusan bintang Leo atau bintang utara, sebagai pertanda tempat pemerintahan raja. Singa Murti, Singa Raja, Singa yang mengabdi pada Tuhan. Batara Guru, Nara Singa Murti mengembangkan agama, sehingga terjadi kolaborasi Ciwa, Buddha, Polinesia. Agama Hindu Bali yang sekarang memiliki konsep tiga kepercayaan di atas. Upacara tersebut dikenal dengan Tumpek Landep, Tumpek Wariga, Tumpek Kuningan, Tumpek Kerulut, Tumpek Kandang, Tumpek Wayang.

Dicontohkan Tumpek Landep. Makna tumpek ini terkait dengan hidup manusia. Manusia hidup menggunakan alat perjuang. Alat ini untuk mempermudah hidup seperti membuat alat teknik dan mengembangkan iptek. Umat makan untuk menjaga alat-alat tubuhnya berfungsi normal. Manusia pada saat itu tidak selalu tergantung pada benda. Berbeda dengan sekarang. Mereka lebih mengagung-agungkan benda dan berorientasi pada kekayaan materi.

Lebih lanjut dikatakan, Batara Maha Guru, gelar yang dipakai setelah menyelesaikan pembangunan Padma Bhuana Kahyangan. Batara Dana Diraja, beliau juga mengembangkan perekonomian dan pelabuhan bernama Kuta Baning. Sekarang berada di Pura Negara Gambur Angelayang. Batara Parameswara Cri Hyang Ning Hyang Adi Dewa Lencana. Nara Singa Murti mengemban tugas sebagai stabilisator dan dinamisator makrokosmos dan mengembangkan konsep Padma Bhuwana Kahyangan.

Armaya mengatakan, padma berarti bunga teratai berdaun delapan. Masing-masing daun bunga berisi kekuatan suci. Di tengah daun berstana kekuatan Siwa. Pada bunga padma merupakan sembilan kekuatan suci. Padma Bhuana Kahyangan yang dibangun Nara Singa Murti berpusat di Pura Puseh Penegil Dharma. Padma Bhuana Kahyangan terdiri atas Pura Puseh Penegil Dharma, Negara Gambur Angelayang, Pingit, Meduwe Karang, Patih, dan Pura Dalem Puri. Selain itu, terdapat Pura Pande, Pura Sang Cempaka, dan Pura Candra Manik.

Dikatakan, dari konsep Padma Bhuana Kahyangan itu, Penegil Dharma dikelilingi ke delapan pura pesanakan dikenal konsep Asta Dala (Siwa). Dalam mengembangkan konsep Padma Bhuana Kahyangan, ia dikenal dengan nama Asta Sura Sri Ratna Bumi Banten. Bila kedelapan pura yang mengelilingi Pura Penegil Dharma mengikuti konsep Asta Dala, lima pura yang berada di Puseh Penegil Dharma mengikuti konsep tapak dara (Buda).

Lima pura di Puseh Penegil Dharma yang posisinya mengikuti konsep tapak dara. Pura Pucaking Giri, situs Karang Harum diperkirakan akarnya mencapai kedalaman 118 meter. Lokasinya di sebelah delatan merupakan tempat pemujaan Batara Parameswara Cri Hyang Ning Hyang Adi Dewa Lencana. Tempat ini merupakan pusat pengembangan agama, beliau merupakan maharaja dan mahapandita.

Pura Kepatihan Petengen Agung berada di sebelah utara. Tempat ini merupakan sekretaris negara, kalau dibandingkan dengan susunan kabinet pemerintahan sekarang. Pelinggih Ratu Gede Petengen Agung merupakan tempat departemen kesehatan dengan adanya pelinggih Ratu Gede Balian Sakti di pura itu.

Konsep Nyegara Gunung

Pura Mutering Jagat salah satu konsep Nyegara Gunung. Arti dari jagat adalah daratan. Mutering Jagat adalah laut. Tanpa adanya laut tak mungkin ada daratan. Berlokasi di sebelah timur. Di tempat ini distanakan putri dari Nara Singa Murti, adik tiri dari Ratu Bagus Mas Aji Sapelinggih (dari ibu yang berbeda-red).

Pura Kertha Negara Mas berlokasi di sebelah barat, tempat istana Putra Nara Singa Murti yang bernama Ratu Bagus Mas Aji Sapelinggih, bergelar Asta Sura Cri Ratna Bumi Banten II yang merupakan Raja Bali terakhir sebelum Majapahit di Bali. Tempat ini dahulu berfungsi sebagai istana raja.

Pura Kertha Pura di Tengah, di mana pada masa pemerintahan merupakan tempat penerapan penegakan hukum. Di tempat ini terdapat bangunan ”Bale Mudra Manik”. Sebuah bangunan tempat pesamuhan para raja-raja Nusantara. Di tempat ini distanakan cucu laki-laki yang bernama Ratu Ngurah Kertha Pura dan cucu perempuan Ratu Ayu Mas Gemulung pada Bale Mudra Manik yang diapit oleh pelinggih Ibunda Ratu Ayu Manik Mekolem (Ratu Ayu Solo) di sebelah kiri dan pelinggih Ratu Patih Sebali di sebelah kanan.

Delapan pura pesanakan yang mengikuti konsep Asta Dala yakni Pura Pandita, di barat daya Pura Puseh Penegil Dharma, Desa Kubutambahan. Pura ini merupakan kompleks penasihat spiritual raja. Pura ini merupakan pesraman dari Resi Markandiya zaman pemerintahan Sri Kesari Warmadewa. Pura Meduwe Karang, berada di Desa Kubutambahan dan dibangun oleh Wijaya Mahadewi.

Pura Candra Manik dikenal pula dengan nama Pura Yeh Lesung di Desa Bulian. Pura ini istana darurat dari Sri Wijaya Mahadewi, pada saat Istana Kawista diserang oleh Wong Bajo. Saat yang bersamaan Punggawa Udayana menyerang Tampaksiring berkaitan dengan penganut sekte Bhairawa. Batara Indra yang kita tahu dari cerita berdirinya Pura Tirta Empul adalah Udayana. Saat itu diberikan gelar Indra Warmadewa. Di pura ini (Candri Manik) oleh masyarakat dipercaya adanya nama Dewi Suleca yang berstana.

Suleca berasal dari kata ”Salu” dan ”Ica”. Salu berarti sanggar agung berkaki pendek atau singgasana. Sedangkan Ica berarti anugerah. Dari kata raja yang berarti Kinasihaning Jawoto. Dengan kata lain Sri Wijaya Mahadewi merupakan kesayangan Tuhan. Atas anugerah beliaulah Sri Wijaya Mahadewi menjadi raja. Pura Negara Gambur Angelayang di Desa Kubutambahan merupakan pusat perdagangan yang dikelilingi oleh benteng yang disebut Kuta Baning. Dikatakan, tempat ini dipakai transaksi perdagangan dan terjadinya kolaborasi budaya dari pedagang Melayu, Cina, Babilonia, Pasundan, India, Atena, dan pedagang-pedagang dari belahan dunia lainnya. ”Namun, untuk membuktikan kebenaran sejarah itu, perlu ada pengkajian yang sangat mendalam,” katanya.

Menurut Armaya, pusat perdagangan ini di bawah pengawasan Ratu Ngurah Kertha Pura dibantu penasihat administrasi pabean. Sekarang dikenal dengan nama Ratu Gede atau Ayu Subandar. Beliau adalah salah seorang panglima saat dinasti Sung berkuasa di daratan Tiongkok yang diperbantukan untuk membantu Raja Nara Singa Murti mengelola pelabuhan dan administrasi pabean.

Di pura ini terdapat pelinggih Ratu Agung Syah Bandar, Ratu Agung Melayu, Ratu Bagus Sundawan, Ratu Gede Dalem Mekah, Ratu Ayu Pasek, Ratu Gede Siwa, Batari Sri Dwijendra dan Ratu Ayu Mutering Jagat. Keberadaan pura ini sangat berjasa dalam pembinaan dan penerapan agama. Agama itulah merupakan satu tujuan. Tempat di mana agama dan penganut agama berkumpul dan bersatu.

Pura Pingit di Desa Bulian. Sesuai dengan nama Pura Pingit, pura ini merupakan tempat melaksanakan pertapaan oleh Raja Nara Singa Murti. Sekarang dikenal dengan tempat penyimpanan prasasti (prasasti Bulian-red). Prasasti ini baru sebagian kecil saja bisa dibaca salinannya yang dikenal dengan nama prasasti Bulian A dengan nomor 633 dan prasati Bulian B dengan nomor 706.

Masih dalam kompleks Pura Penegil Dharma. Di sana ada Pura Patih di Desa Kubutambahan merupakan istana tepi siring bagian barat. Pura Sang Cempaka di Desa Bulian merupakan benteng pemantau laut berlokasi pada dataran tinggi. Pura Penegil Dharma yang kini menjadi incaran orang-orang spiritual memang memiliki kekuatan dan pancaran Illahi. Menurut Jro Mangku Gde Made Astika, pura ini penuh dengan misteri. Pengalaman spiritual sejak menjadi pemangku sangat unik. Apa yang tidak pernah dibayangkan manusia, terjadi dan muncul di sekitar pura itu.

* sut

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *