manusa yadnya

Tari Wali dalam Rangkaian Yadnya

Tari Wali adalah suatu tari- tarian yang merupakan rangkaian pelaksanaan upacara yadnya. Berikut beberapa tari wali yang dikelompokkan kedalam upacara panca yadnya: Dewa Yadnya Topeng Pajegan (Topeng Sidhakarya) Wayang Lemah/ wayang upacara/ wayang sudhamala. Rejang (dengan berbagai variasi). Sutri. Gabor. Sanghyang Dedari  Sanghyang Topeng Abuang (mabuang). Brutuk Baris Gede (dengan berbagai variasinya) Mresi Sraman. Gebug Ende  Barong (dengan berbagai variasinya). Deha Malon. Gambuh. Wayang Wong. Pendet. Ngangap. Mekincang- kincung. Sandaran

Upacara dan Banten Manusa Yadnya

Manusa Yadnya adalah suatu upacara suci atau pengorbanan suci demi kesempurnaan hidup manusia. Di dalam pelaksanaan upacara Manusa Yadnya masalah tempat, keadaan, dan waktu sangat penting. Secara umum upacara itu dilaksanakan pada saat anak mengalami masa peralihan. Sebab ada anggapan bahwa pada saat-saat itulah anak dalam keadaan kritis, sehingga perlu diupacarai atau diselamati. Dalam menyelenggarakan segala usaha serta kegiatan spiritual tersebut masih ada lagi kegiatan dalam bentuk yang lebih nyata

Aneka Geguritan

Kidung Dewa Yadnya   Kawitan Warga Sari – Pendahuluan sembahyang Purwakaning angripta rumning wana ukir. Kahadang labuh. Kartika penedenging sari. Angayon tangguli ketur. Angringring jangga mure. Sukania harja winangun winarne sari. Rumrumning puspa priyaka, ingoling tangi. Sampun ing riris sumar. Umungguing srengganing rejeng Pangayat – Menghaturkan sajen Kidung Warga Sari Ida Ratu saking luhur. Kawula nunas lugrane. Mangda sampun titiang tanwruh. Mengayat Bhatara mangkin. Titiang ngaturang pajati. Canang suci lan

Batas- batas dan Wewenang Muput Upacara / Upakara yadnya

Kewenangan Para Sulinggih dan Pinandita di dalam struktur kemasyarakatan Hindu adalah merupakan sarana agama yang amat penting untuk terlaksananya upacara/ upakara yadnya sebagai berikut: Sulinggih: Berdasarkan Keputusan Maha Sabha Parisada Hindu Dharma Ke II Tanggal- 2 s/ d 5 Desember 1968, yang dimaksud dengan Sulinggih, ialah mereka yang telah· melaksanakan upacara Diksa ditapak oleh Nabenya dengan Bhiseka, Pedanda, Bhujangga, Resi Bhagawan, Empu dan Dukuh Kewenangan Sulinggih: Para Sulinggih berwenang menyelesaikan segala

Upacara Potong Gigi terhadap Orang Yang Telah Meninggal

Upacara Mapandes/ Metatah atau potong gigi bagi orang yang cukup usia (dewasa/ deha- taruna), adalah termasuk Manusia Yadnya, karenanya perlu dilaksanakan. Upacara Mapandes/ Metatah atau potong gigi yang belum dilaksanakan bagi orang dewasa (deha- taruna) yang telah meninggal, bila dipandang perlu dapat dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan- ketentuan yang berlaku.