upacara

Hari Galungan dan Kuningan

Tentang Hari Galungan – Kuningan. ilustrasi penjor galungan Riwayat Galungan. Diperkirakan Galungan sudah ada pada abad ke XI, berdasarkan antara lain Kidung Panji Malat Rasmi dan Pararaton. Di India perayaan semacam ini juga ada yang dinamakan Çradha Wijaya Daçami. Mitologinya. Galungan disebut dalam usana Bali berupa ceritera peperangan Mayadenawa dengan Batara Indra. Dalam lontar Jayakasunu, yang menurut pewarah- warah Batari Durga kepada Sri Jayakasunu. Filsafatnya. Filsafat Galungan berpusat pada pergulatan

Tata Cara Membangun Perumahan

Landasan filosofis, etis. ritual Landasan filosofis: Hubungan Bhuwana Alit dengan Bhuwana Agung. Pembangunan perumahan adalah berlandaskan filosofis bhuwana alit bhuwana agung. Bhuwana Alit yang berasal dari Panca Maha Bhuta adalah badan manusia itu sendiri dihidupkan oleh jiwatman. Segala sesuatu dalam Bhuwana Alit ada kesamaan dengan Bhuwana Agung yang dijiwai oleh Hyang Widhi. Kemanunggalan antara Bhuwana Agung dengan Bhuwana Alit merupakan landasan filosofis pembangunan perumahan umat Hindu yang sekaligus juga menjadi

Sistem dan Materi Pendidikan Kesulinggihan

Latar belakang permasalahan. Pembangunan kehidupan umat Hindu semakin semarak dan mendalam sesuai dengan derap kemajuan jaman dan pembangunan bangsa. Semuanya ini memerlukan pembinaan dalam berbagai bidang kehidupan beragama Hindu, termasuk bidang kesulinggihan yang jumlahnya semakin langka. Untuk mengatasi masalah ini memerlukan adanya pendidikan calon sulinggih. Tujuan. Untuk dapat menghasilkan calon sulinggih yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar kesulinggihan yang berwawasan luas serta berorientasi ke masa depan. Sebagai kelanjutan dari pendidikan ini

Pedoman Pelaksanaan Diksa

Syarat- syarat madiksa. Umat Hindu dan segala warga yang memenuhi syarat tersebut di bawah ini dapat disucikan (didiksa). Laki- laki yang sudah kawin dan yang nyukla Brahmacari. Wanita yang sudah kawin dan yang tidak kawin (kanya). Pasangan suami istri. Umur minimal 40 tahun. Paham dalam bahasa Kawi. Sanskerta, Indonesia, memiliki pengetahuan umum, pendalaman intisari ajaran- ajaran agama. Sehat lahir batin dan berbudi luhur sesuai dengan sesana. Berkelakuan baik, tidak pernah

Batas- batas dan Wewenang Muput Upacara / Upakara yadnya

Kewenangan Para Sulinggih dan Pinandita di dalam struktur kemasyarakatan Hindu adalah merupakan sarana agama yang amat penting untuk terlaksananya upacara/ upakara yadnya sebagai berikut: Sulinggih: Berdasarkan Keputusan Maha Sabha Parisada Hindu Dharma Ke II Tanggal- 2 s/ d 5 Desember 1968, yang dimaksud dengan Sulinggih, ialah mereka yang telah· melaksanakan upacara Diksa ditapak oleh Nabenya dengan Bhiseka, Pedanda, Bhujangga, Resi Bhagawan, Empu dan Dukuh Kewenangan Sulinggih: Para Sulinggih berwenang menyelesaikan segala

Salah Pati dan Ngulah Pati

Landasan: Berdasarkan hasil Pesamuhan Agung Para Sulinggih dan Walaka di Campuhan Ubud, tertanggal 21 Oktober 1961 yang telah memutuskan bagi orang mati salah pati dan ngulah pati diupacarai seperti orang mati normal dan ditambah dengan penebusan serta diupacarai di setra atau tunon. Pengertian Salah Pati dan Ngulah Pati: Salah Pati: Mati yang tak terduga-duga atau yang tidak dikehendaki Ngulah Pati: Mati karena sesat, yang mengambil jalan pintas, serta sengaja dikehendaki,

Upacara Potong Gigi terhadap Orang Yang Telah Meninggal

Upacara Mapandes/ Metatah atau potong gigi bagi orang yang cukup usia (dewasa/ deha- taruna), adalah termasuk Manusia Yadnya, karenanya perlu dilaksanakan. Upacara Mapandes/ Metatah atau potong gigi yang belum dilaksanakan bagi orang dewasa (deha- taruna) yang telah meninggal, bila dipandang perlu dapat dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan- ketentuan yang berlaku.

Tatacara Pelaksanaan Upacara Siwaratri

Pengertian.Siwaratri adalah hari suci untuk melaksanakan pemujaan ke hadapan Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang Siwa. Hari Siwaratri mempunyai makna khusus bagi umat manusia, karena pada hari tersebut Sang Hyang Siwa beryoga. Sehubungan dengan itu umat Hindu melaksanakan kegiatan yang mengarah pada usaha penyucian diri, pembuatan pikiran ke hadapan Sang Hyang Siwa, dalam usaha menimbulkan kesadaran diri (atutur ikang atma ri jatinya). Hal itu

Upacara Kematian Khususnya bagi Orang yang Meninggal di laut

Tata cara menurut Upacara Agama Hindu dan Tata Cara Nasional. Tata Cara Menurut Agama Hindu. Perawatan Jenazah : Terlebih dahulu jenazah harus dimandikan dengan air tawar yang bersih dan sedapat mungkin dicampur dengan wangi- wangian. Setelah itu diberi secarik kain putih untuk menutupi bagian muka wajah dan bagian alat kelaminnya. Kemudian barulah diberi pesalin dengan kain atau baju yang baru (bersih), rambutnya dirapikan (perempuan : rambutnya digulung sesuai dengan arah

Kramaning Sembah dalam Panca Yadnya dan Sudi Wadani

Kramaning Sembah dalam Panca Yadnya. Pengertian Sembah: Yang dimaksud dengan sembah ialah sikap menghormati yang disertai dengan rasa bakti dan penyerahan diri secara ikhlas. Landasan: Menurut agama Hindu bahwa setiap kelahiran dan manusia itu sudah mempunyai hutang yang disebut dengan Tri Rna. Yang dapat disembah: Ida Hyang Widhi Wasa Para Dewa- dewa Para Resi Bhatara/ Leluhur. Manusia. Bhuta. Sikap menyembah: Adapun sikap menyembah dalam kramaning sembah yaitu sesuai dengan buku