Lontar Babad Buleleng
Berikut ini merupakan Terjemahan Lontar Babad Buleleng.
Berikut ini merupakan Terjemahan Lontar Babad Buleleng.
OM Swastyastu, Inilah canggihnya internet. Kita orang Bali seharusnya sangat cendekia memanfaatkan sarana yang mendunia ini untuk menyiarkan keluhuran budaya kita. Coba cermati para semeton yang menulis Babad dalam laman-laman mereka pribadi di bawah ini. Mereka telah menyumbangkan sebuah bakti yang luarbiasa kepada budaya Bali karena apa yang mereka siarkan dapat membantu lainnya mengenal jati dirinya. Menelusuri keberadaan para leluhurnya. Sekaligus jati diri Nusantara, rumpun kita. Para penampil itu patut
Semoga tiada halangan dengan memuja Ongkara Bali (memuja Tuhan dalam wujud Aksara Suci), dengan anugerah Hyang Prajapati, segala bencana terhindari. Sujud hamba kehadapan leluhur, kehadapan Sang Hyang Bumipati, izinkanlah hamba mengutarakan kisah Arya Tambyak pada masa lampau. Semoga hamba tidak terkena kutukan leluhur, tidak durhaka, tidak tertimpa mala petaka, dan semoga berhasil dengan sempurna, menemukan keselamatan, panjang umur dan seluruh sanak keluarga hamba menemukan kebahagiaan. Ada seorang brahmana sakti, datang
Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4 Kyai Anglurah Made Sakti Di Jenggala Bija Diceritakan sekarang Kyai Anglurah Made Sakti, tidak mengikuti kakaknya, berpindah tempat dari desa Tulikup menuju Jenggalabija diiringi oleh rakyat lengkap dengan bawaannya. Jenggala Bija itu dekat dengan tempat kediaman I Dewa Karang yang dipakai menantu di wilayah Mambal. Kyai Anglurah Made Sakti sudah memiliki Puri di Jenggalabija, sampai kepada rakyatnya sudah memiliki perumahan sesuai dengan
Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Anglurah Pinatih Rsi Menyunting Ida Ayu Puniyawati Dikisahkan sekarang Ida Bang Panataran, putra Ida Wang Bang Tulus Dewa, bertempat tinggal di Bukcabe Besakih bersama adik sepupunya yang bernama Ida Bang Kajakauh atau Ida Bang Wayabiya. Diceriterakan Ida Bang Panataran, mempunyai seorang putri bernama Ida Ayu Punyawati, cantik tanpa tanding seperti bidadari layaknya, bahkan seperti Sanghyang Cita Rasmin yang menjelma. Banyak para penguasa dan pejabat
Bagian 1 Bagian 2 IDA BANG MANIK ANGKERAN BERJUMPA KI DUKUH MURTHI Diceriterakan sekarang, pada suatu hari. Ida Sang Pendeta Danghyang Bang Manik Angkeran berjalan menuju ke arah Barat Laut, ke arah tempat kediaman Ki Dukuh Murthi. Tidak diceriterakan di jalan, sampailah beliau di hutan Jehem, kemudian, menuju Padukuhan, dan berjumpa dengan Ki Dukuh Murthi. Keduanya kemudian berbincang-bincang mengenai mertua Sang Pendeta yakni Ki Dukuh Belatung yang sudah moksa. Ki
Bagian 1 IDA BANG MANIK ANGKERAN BERJUMPA DUKUH SAKTI BELATUNG Kembali diceriterakan keberadaan Ida Bang Manik Angkeran di Besakih. Beliau membuat pasraman di sebelah Utara gua, sekitar 300 depa jaraknya dari Gua itu. pekerjaan beliau sehari-hari melaksanakan tapa brata yoga samadhi, serta menjaga kebersihan dan kesucian kawasan Pura Besakih. Tak sekalipun beliau lalai. Perilaku beliau berbeda benar jika dibandingkan dengan sebelum beliau wafat dibakar oleh Ida Bhatara Nagaraja. Beliau melaksanakan
Om AWIGHNAMASTU NAMOSIDDHAM Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf sebesar – besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi – Tuhan Yang Maha Esa serta Batara – Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka. Juga agar tidak terkena malapetaka dari Ida Sanghyang Saraswati. Semoga kami semuanya. serta keluarga dan keturunan kami mendapatkan keselamatan. kesejahteraan
Bagian 1 Dalem Putih Jimbaran telah mempunyai seorang putra laki-laki, namanya I Petak Jingga. Kata Dalem Putih kepada putranya: “Ayah akan meninggalkanmu, untuk bertemu dengan saudara ayah. Kau lah menjaga istana ini. Jika seandainya ayah tidak datang, maka bangun lah tempat suci, dari tempat suci itulah kau mendoakan ayah, ibarat kau telah berbincang-bincang dengan ayah”. Putranya setuju. Dalem berangkat mengembara ke desa-desa, menanya-nanyakan Dalem Batu Selem. Daerah yang dilalui adalah
Inilah Babad Pura Dalem Batu Kuub. Sanghyang Pasupati beryoga di Gunung Raja. Yoganya sangat mantap, lalu dilemparkan dan jatuh di sungai, menimpa batu. Maka timbul lah gempa bumi, angin topan, guntur dan halilintar. Kemudian muncul lah bayi dari batu itu, rupanya hitam. Ada pula bayi muncul dari buih, rupanya putih. Sejak itu sungai itu dinamakan sungai Lipak. Kedua bayi itu bermain-main, di hutan. Setelah tiba di tengah hutan, lalu ditemukan