Tradisi

Hari Galungan dan Kuningan

Tentang Hari Galungan – Kuningan. ilustrasi penjor galungan Riwayat Galungan. Diperkirakan Galungan sudah ada pada abad ke XI, berdasarkan antara lain Kidung Panji Malat Rasmi dan Pararaton. Di India perayaan semacam ini juga ada yang dinamakan Çradha Wijaya Daçami. Mitologinya. Galungan disebut dalam usana Bali berupa ceritera peperangan Mayadenawa dengan Batara Indra. Dalam lontar Jayakasunu, yang menurut pewarah- warah Batari Durga kepada Sri Jayakasunu. Filsafatnya. Filsafat Galungan berpusat pada pergulatan

Tri Hita Karana dalam Agama Hindu

Latar belakang historis: Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 Nopember 1966, pada waktu diselenggarakan Konferensi Daerah l Badan Perjuangan Umat Hindu Bali bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar. Konferensi tersebut diadakan berlandaskan kesadaran umat Hindu akan dharmanya untuk berperan serta dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Kemudian istilah Tri Hita Karana ini berkembang, meluas, dan memasyarakat. Pengertian: Secara leksikal, Tri Hita Karana

Alat- alat Upacara

Beberapa alat upacara yang dipergunakan/dibuat oleh umat hindu di bali antara lain : Penjor Penjor adalah simbul Gunung Agung. Segala pala bungkah- pala gantung dan sajen pada sanggah penjor, melambangkan persembahan terhadap Bhatara di Gunung Agung (Bhatara Giri Putri). Seperti kita ketahui, Gunung adalah sumber dari kesuburan dan akhirnya ke kemakmuran. Hanya penjor yang menggunakan unsur lengkap (sanggah, padi, pala bungkah dan sebagainya) dapat dipergunakan dalam upacara keagamaan menurut fungsinya.

Rong tiga

Rong Tiga adalah pelinggih Tri Murti/ Hyang Kemimitan / Hyang Kemulan berdasarkan lontar: Purwa Gama Sesana Kusuma Dewa Gong Wesi. Tata cara pembuatan Rong Tiga berdasarkan lontar- lontar: Asta Kosala- Kosali dan, Asta Bumi. Upakara/ Upacara termasuk pependeman dan pedagingan berdasarkan lontar· lontar: Dewa Tattwa Wariga Catur Winasa Sari Usana Dewa Widhi Tattwa dan terutama … Kusuma Dewa.

Kawikon

Kawikon / Kawikaan   Kedudukan Wiku/ Pendeta/ Sulinggih selaku Dwijati adalah suatu kedudukan khusus yang hanya bisa didapat dengan memenuhi syarat dan upacara menurut sesana serta sesuai dengan ketentuan- ketentuan Parisada Hindu Dharma Pusat. Demikian juga mengenai Biseka, Wesa (atribut- atribut khusus) terutama wewenang- wewenangnya. Kedudukan khusus dan atribut- atribut tersebut mendapat pengakuan masyarakat serta perlu mendapat perlindungan yang lebih seksama secara hukum dari pemerintah. Di dalam hal menduduki sesuatu

Hari Raya Nyepi

Hari Raya Nyepi Hari Raya Nyepi adalah hari pergantian tahun Saka (Isakawarsa) yang dirayakan setiap satu tahun sekali yang jatuh pada sehari sesudah tileming kesanga pada tanggal 1 sasih Kedasa. Rangkaian Perayaan Nyepi adalah : Melelasti, Tawur, Brata Penyepian, dan Ngembak Geni Melasti Melasti = melelasti = nganyudang malaning gumi ngamet Tirta Amerta. Menghanyutkan kekotoran alam menggunakan air kehidupan. Segara (laut) dianggap sebagai sumber Tirtha Amertha (Dewa Ruci, Pemuteran Mandaragiri).

Tri Sandhya

Pemujaan kepada Tuhan dapat dilaksanakan dengan banyak cara. Salah satu di antaranya ialah dengan bersembahyang tiap hari. Kita yang beragama Hindu bersembahyang tiga kali sehari, pagi, siang, dan malam hari. Sembahyang demikian disebut sembahyang Trisandhya. Mantra yang dipakai pun disebut mantra Trisandhya.